Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.... Alhamdulillah kita dapat bertemu dikesempatan ini. Dalam kesempatan yang baik ini, mari kita renungkan dan fikirkan mauidhah ini dengan sungguh-sungguh. Semoga memberi berkah dan rahmat untuk kita semua.
Seringkali kita menasihati orang lain dan memberi komentar terhadap apa yang orang lain lakukan. Namun, sebelum memulai dengan orang lain dalam menyampaikan nasihat dan petunjuk, selayaknya kita memulainya dari diri kita masing-masing. Jika tidak, bagaiman mungkin seseorang dapat meluruskan orang lain, sementara ia sendiri ‘bengkok’?! Bagaimana mengobati orang lain, sementara dirinya sendiri sakit; dan bagaimana mungkin dapat menuntun orang lain, sementara dirinya sendiri buta.
Oleh sebab itu, sungguh bejo orang yang sibuk memikirkan kekurangannya sendiri sebelum melihat kekurangan orang lain. Selain itu ada banyak hal dalam hidup kita yang harus kita benahi; baik dalam ibadah maupun muamalah kita, bahkan akan banyak menyita umur kita. Jadi, haruskah kita sibuk memikirkan bagaimana mengkritik, mengoreksi, dan melukai hati orang lain?
Apakah menurut syariat, kita bertanggungjawab untuk mencari-cari kesalahan orang lain, membuka ‘aib (kejelekan), serta menjudge niat dalam setiap perbuatan mereka?
Sungguh hal yang bijaksana dan penuh hikmah, apabila kita mampu memulai semuanya dari diri sendiri untuk menjauhkan diri dari kejelekan, sehingga dapat memperbaiki dan mengarahkannya ke jalan yang lurus. Sebaliknya, sungguh hal yang merugikan saat diri kita terbuai dalam kedzaliman dan kebodohan, selain sibuk memikirkan orang lain.
Dalam firman-Nya, Allah swt. Telah menjelaskan:
“Mengapa kamu suruh orang lain mengerjakan kebaikan, sementara kalian melupakan diri (kawajiban)mu sendiri....” (QS. Al-Baqarah: 44)
Semoga dapat menyadarkan kita dan kita dapat berjumpa dilain waktu yang lebih berkah lagi. Jangan bosen-bosen mampir di blog kita. Wassalamu’alaikum warahmatullah.
Dinukil dari buku Assalamu ‘Alaikum Karya Dr. Aidh Al-Qarni