Sabtu, 17 Oktober 2015

Mulailah dari Diri Anda Sendiri!


Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.... Alhamdulillah kita dapat bertemu dikesempatan ini. Dalam kesempatan yang baik ini, mari kita renungkan dan fikirkan mauidhah ini dengan sungguh-sungguh. Semoga memberi berkah dan rahmat untuk kita semua.
            Seringkali kita menasihati orang lain dan memberi komentar terhadap apa yang orang lain lakukan. Namun, sebelum memulai dengan orang lain dalam menyampaikan nasihat dan petunjuk, selayaknya kita memulainya dari diri kita masing-masing. Jika tidak, bagaiman mungkin seseorang dapat meluruskan orang lain, sementara ia sendiri ‘bengkok’?! Bagaimana mengobati orang lain, sementara dirinya sendiri sakit; dan bagaimana mungkin dapat menuntun orang lain, sementara dirinya sendiri buta.
            Oleh sebab itu, sungguh bejo orang yang sibuk memikirkan kekurangannya sendiri sebelum melihat kekurangan orang lain. Selain itu ada banyak hal dalam hidup kita yang harus kita benahi; baik dalam ibadah maupun muamalah kita, bahkan akan banyak menyita umur kita. Jadi, haruskah kita sibuk memikirkan bagaimana mengkritik, mengoreksi, dan melukai hati orang lain?
            Apakah menurut syariat, kita bertanggungjawab untuk mencari-cari kesalahan orang lain, membuka ‘aib  (kejelekan), serta menjudge niat dalam setiap perbuatan mereka?
            Sungguh hal yang bijaksana dan penuh hikmah, apabila kita mampu memulai semuanya dari diri sendiri untuk menjauhkan diri dari kejelekan, sehingga dapat memperbaiki dan mengarahkannya ke jalan yang lurus. Sebaliknya, sungguh hal yang merugikan saat diri kita terbuai dalam kedzaliman dan kebodohan, selain sibuk memikirkan orang lain.
            Dalam firman-Nya, Allah swt. Telah menjelaskan:
            “Mengapa kamu suruh orang lain mengerjakan kebaikan, sementara kalian melupakan diri (kawajiban)mu sendiri....” (QS. Al-Baqarah: 44)
Semoga dapat menyadarkan kita dan kita dapat berjumpa dilain waktu yang lebih berkah lagi. Jangan bosen-bosen mampir di blog kita. Wassalamu’alaikum warahmatullah.

Dinukil dari buku Assalamu ‘Alaikum Karya Dr. Aidh Al-Qarni

Bagaimana Seharusnya Membaca Al-Quran

            Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.... Dalam kesempatan yang baik ini, mari kita renungkan dan fikirkan mauidhah ini dengan sungguh-sungguh. Semoga memberi berkah dan rahmat untuk kita semua.
            Kitab agung Al-Quran diturunkan oleh Allah swt. Agar menjadi sumber hidayah dan petunjuk, penjelas dan rahmat, hikmah dan penyelamat. Namun, sebagian dari kita hanya membaca demi ‘hanya’ mendapatkan berkah, tanpa mengamalkannya sedikitpun dalam kehidupan sehari-hari.
            Ada pula yang membacanya untuk dijadikan bahan perdebatan, padahal ayat Al-Quran itu telah jelas kebenarannya. Yang akhirnya hanya mencari-cari penjelasan para ahli tafsir dan juga keterangan-keterangan dari para pensyarah (penjelas). Di sisi lain, ada yang justru memalingkan muka dari Al-Quran  – na’udzubillah –, tanpa ada hasrat sedikitpun untuk membaca dan mentadaburi ayat-ayat Al-Quran, walau hanya sebentar saja.
            Di zaman serba instan dan modern ini, hanya ada sebagian kecil umat muslim yang membaca serta mentadaburi Al-Quran, kemudian berusaha untuk mengamalkan sesuai kemampuannya.
Kita mulai menyadari bahwa akar dari semua permasalahan yang sebenarnya adalah karena kita tidak berittiba’ (mengikuti sesuatu dengan mengetahui dalilnya) pada Al-Quran. Jadi kalaupun ada kesalahan dan kegagalan dalam mendidik generasi islam, kemnuduran sains politik, akhlak maupun degradasi moral dalam Islam, bukan lain penyebabnya adalah karena umat islam sendiri menjauh dari cahaya Ilahi ini.
Seandainya kita bisa memahami Al-Quran dengan sebaik-baiknya, niscaya kita menjadi umat yang paling baik, generasi yang paling maju, dan mesyarakat yang paling terhormat.
            Secara umum, umat islam kini telah hidup dalam kebutaan terhadap pengetahuan agama. Padahal sebenarnya kita mempunyai kebudayaan yang unggul, namun tidak mempunyai ilmu pengetahuan yang matang dan kuat. Selain itu, kitajuga mempunyai berbagai alat pembangunan dan peralatan komunikasi yang lengkap, namun kita kurang bisa memanfaatkannya untuk memperluas wawasan keilmuan kita. Seharusnya kita menggunakan kemajuan tersebut untuk memperluas keilmuan kita. Bukan hanya menggunakannya untuk bermain permainan dan menonton film yang ‘minim’ nilai keislaman dan edukasinya. Bukannya melarang, boleh sedikit-sedikit namun jangan lama-lama menjadi bukit.
            Perilaku dan sikap kita sangat berbeda dengan sikap para sahabat Rasulullah saw.. Mereka membaca Al-Quran, lalu mengamalkannya seketika itu juga, dengan landasan bahwa Al-Quran adalah kalamullah, Tuhan semesta alam.
            Sementara itu, kita mendapatkan pengetahuan tentang Al-Quran, namun yang kita lakukan hanya mengamalkannya pada saat tertentu dan meninggalkannya pada saat yang lain; atau meyakini kebenarannya pada waktu tertentu dan mengingkarinya pada waktu yang lain. Akhirnya, kita harus hidup dalam ketertinggalan ilmu pengetahuan dan keterbelakangan dalam ilmu pengetahuan.
            Na’udzubillah, tsumma na’udzubillah. Semoga kita bukan termasuk dari umat islam diatas. Dan mari kita ajak saudara-saudara kita untuk mengamalkan tidak hanya membacanya, walaupun itu sudah baik. Sampai disini dulu, semoga bisa kita dapat berjumpa dilain waktu yang lebih berkah lagi. Wassalamu’alaikum.
Dinukil dari buku Assalamu ‘Alaikum Karya Dr. Aidh Al-Qarni

Sabtu, 10 Oktober 2015

Contoh Puisi Lingkungan Alam

Assalamu'alaikum warahmatullah...

          Berikut ini beberapa contoh puisi tentang lingkungan hidup yang dapat mengingatkan kita betapa pentingnya menjaga lingkungan sekitar kita agar alam kita tetap lestari sehingga anak cucu kita tetap dapat menikmati keindahan alam nusantara ini:


Pemanasan Global
Oleh: Muhammad Hafidz Amrullah (X-Agama)*
Hijauku kini hilang
Telah berganti dengan gersang
Pohon-pohon yang dulu rindang
Menjadi gedung-gedung yang menjulang
            Hari demi hari
            Gerombolan panas jatuh menimpa bumi
            Banyak pula kebakaran di bumi ini
            Bagaikan bencana rutin tiada henti
Sejukku kini telah pergi
Semua itu akibat dari
Ulah manusia yang tak peduli
Terhadap bumi ini
            Marilah kita reboisasi
            Lestarikan alam dengan reboisasi
Kurangi polusi untuk bumi lestari
Sebagai hadiah untuk anak cucu nanti



Asapmu Menutup Asaku (Aku, Dia, dan Kau)
Oleh: Moh. Nur Hawin (X-Agama)*
Kau mengambilnya sesukamu
Kau membakarnya untuk keperluanmu
Kau lakukan semua sesukamu
Hanya untuk memenuhi keperluanmu
            Tak pernah kau merasa malu
            Ataupun menyesal telah melakukan itu
            Kau hanya utamakan egomu
            Kau buta akan aku disekitarmu
Tiap pagi kubangun dengan sesak didadaku
Rasakan pedih dari racun melayang didepan mataku
Sinar sang mentari tetutup bayangan gelap darimu
Lumpuh sudah kehidupanku
            Namun harus tetap kulanjutkan hidupku
            Takkan patah semangat hidupku
            Untuk menyelamatkannya darimu
            Walau sambil kuhirup maut dan rasa takut menghantuiku
*) Siswa adalah murid di MAN 3 Kediri

          Semoga bermanfaat, wassalamu'alaikum warahmatullah.